Rabu, 19 Juli 2006

Anemia pada Ibu Hamil

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil; terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrot dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir.
a. Penyebab anemia umumnya adalah:
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diet
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5) Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
• Plasma darah bertambah: 30 %
• Sel-sel darah bertambah: 18 %
• Hemoglobin bertambah: 19 %
Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.

b. Frekuensi
Laporan-laporan dari seluruh dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di negara-negara berkembang, yaitu 10-20%
1) Frekuensi anemia dalam kehamilan di Indonesia:
• Hoo Swie Tjiong (1962): 18,5%
• Njo Tiong dan Poerwo soedarmo (1975): 16,1% pada triwulan 1 dan 49,9 pada triwulan III

2) Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas:
• Keguguran
• Partus prematurus
• Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
• Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
• Syok
• Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
• Infeksi intrapartum dan dalam nifas
• Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan. Bahkan basa fatal.

3) Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
Hasil konsepsi 9janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannnya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa, dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
a). Kematian mudigah (keguguran)
b). Kematian janin dalam kandungan
c). Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
d). Kematian perinatal tinggi
e). Prematuritas
f). Dapat terjadi cacat bawaan
g). Cadangan besi kurang

c. klasifikasi anemia dalam kehamilan:
1) Anemia defisiensi besi (62,3%)
2) Anemia megaloblastik (29,0%)
3) Anemia hipoplastik (8,0%)
4) Anemia hemolitik (sel Sickle) (0,7%)
4) Anemia defisiensi besi
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.

d. Pengobatan:
Keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah:
1) FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15 mg-15 mg
2) LIPI Indonesia (1968): 12 mg-17 mg-17 mg

Kemasan zat besi dapat diberikan per oral atau parental
1) Per oral: sulfas serosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3.5 x 0,29 mg
2) Parenteral: diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain; imferon, jectofer dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.

Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik, jarang selaki akibat karena kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan:
• Asam folik 15-30 mg per hari
• Vitamin B12 3x1 tablet per hari
• Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
• Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah

Anemia hipoplasti
Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan:
• Darah tepi lengkap
• Pemeriksaan fungsi sternal
• Pemeriksaan retikulosit
Gambaran darah tepi: normositik dan normokromik. Sumsum tulang memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia eritropoiesis. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), leracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi. Tirapi dengan obat-obatan tidak memuaskan: mungkin pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.

Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh:
1. Faktor intrakorpuskuler; dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia; anemia sel sickle (sabit); hemoglobinopati C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria
2. Faktor ekstrakorpuskuler; disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan; leukemia, penyakit hodgkin
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, seerta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by Asuhan Keperawatan dan Asuhan Kebidanan  |  Asuhan Keperawatan by Blog Design